laporan perhitungan angka bentuk batang
PENGHITUNGAN
ANGKA BENTUK BATANG
(Laporan Praktikum Biometrika hutan)
Oleh :
Bondan Abimanyu
1414151017

FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
I. PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Sebelum menentukan
angka bentuk dari suatu pohon kita harus mengetahui
tinggi, diameter, luas bidang dasar dan lain – lain sebagai para meter sebuah pohon. agar
dapat menentukan angka bentuk dari sebuah pohon Setelah itu kita baru menghitung volume dari pohon dengan
menggunakan rumus-rumus yang telah diketahui. Disini kita menghitung volume pohon pada berbagai
diameter tertentu yang telah ditentukan, rumus yang digunakan juga berbeda-beda. Pengukuran
diameter pohon dilakukan pada diameter setinggi dada, dari semua pohon yang
kita jadikan sebagai sampel percobaan kita.
Angka bentuk batang didefinisikan
sebagai perbandinga atau rasio antara volume batang yang sebenarnya dengan
volume silinder yang memiliki tinggi atau panjang sama. Berdasarkan diameter
yang digunakan untuk menghitung volume silindernya. Angka bentuk dapat
bervariasi karna jenis pohon dan pengaruh genetik, umur pohon, ukuran tajuk
pohon, faktor tempat tumbuh (khususnya pengaruh angin).
2.2 Tujuan

Adapun tujuan praktikum ini adalah
sebagai berikut.
1. Praktikan mengetahui dan memahami
jenis-jenis bilangan bentuk yang ada serta kegunaannya untuk keperluan
pendugaan potensi tegakan yang akurat.
2. Praktikan dapat menentukan angka
bentuk dari pohon-pohon yang ada dilingkungan kampus Universitas lampung.
3. Praktikan mengenal dan
mengidentifikasi permasalahan-permasalahan dilapangan sehubungan dengan
penentuan angka bentuk pohon.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Angka bentuk mutlak adalah angka
bentuk dimana volume silindernya menggunakan lbds berdasarkan diameter pada
pangkal. Angka bentuk buatan adalah angka bentuk dimana volume silindernya
menggunakan lbds berdasarkan diameter setinggi dada. Sedangkan angka bentuk
normal adalah angka bentuk dimana volume silindernya menggunakan lbds
berdasarkan diameter pada ketinggian 1/10 tinggi pohon. Oleh karena itu dbh
biasa digunakn sebagai ciri diameter pohon, maka angka bentuk sering digunakan
pun adalah angka bentuk buatan (Husch, 1987).
Penampang melintang suatu batang
pada umumnya tidak teraturseperti pada bentuk lingkaran. Dibagian pangkal
pohon, bentuk penampang lintang tersebut bahkan sangat jauh berbeda dengan
bentuk lingkaran. Ketidakteraturan bentuk batang dipangkal pohon ini disebabkan
karena pengaruh arah angin yang tetap dan lereng. Adapula penelitian
berpendapat bahwa bentuk batang menyerupai elips tersebut ada kaitannya dengan
bidang maknetik bumi. Banayk pohon-pohon tropis yang memiliki akar banir atau
akar papan, yang membuat penampang lintang pohon sama sekali tidak menyerupai
lingkaran atau elips (Herwiyono, 2000).
Bentuk paenampang lintang bagian
pangkal pohon yang cenderng eksentik itu maka dalam pengukuran diameter diambil
pada setinggi dada, tidak lebih rendah dari itu. Seperti diketahui, volume
batas pohon beda dengan volume slindris oleh karena adanya faktor bentuk pohon.
Bentuk pohon dapat ditunjukkan oleh: Bilangan bentuk, Kolsien bentuk.
Bilangan bentuk f diperoleh dengan membandingkan volume nyata batang pohon
dengan volume silindris yang dihitung berdasarkan dari daimeter tertentu.
Apabial diameter yang digunakan untuk menghitung volume silindris tersebut
adalh diameter pangkal (Do) maka bilangan bentuk diperoleh Fo disebut sebagai
bilangan bentuk tulen (Simon, 1987).
Apabila digunakan diameter
setinggi dada, yang dimaksud dengan bidang dasar pohon adalah penampang lintang
1,3 meter dari permukaan tanah. Karena pada dasarnya bentuk pohon tidak persis
bualat seperti lingkaran, maka digunakan caliper pengukuran diameter dilakukan
dua kali, yaitu dengan arah pengukuran yang bersudut 900,dari dua
kali pengukuran tersebut kemudian dihitung rata-rata untuk memperoleh
ukuran–ukuran diameter yang digunakan (Herwiyono, 2000).
Perubahan
diameter batang akan terjadi apabila kita mengukur batang pada berbagai ketinggian, jarang dijumpai adanya pohon yang
sama ukuran diameter batang mulai dari atas sampai kebawah. Untuk mengurangi
kergaman absolut yang besar akibat adanya perbedaan ukuran batang dalam hal ini
diameter dan tinggi atau panjang batang. Sebaiknya digunakan perubahan-prubahan
relatif sehingga fungsi tapernya menjadi d1/D=(h1/H) atau d1/D=f (1-penjumlahan
dari LBDS –LBDS setiap titik dari pangkal hingga ujung batang, maka volume
batang dapat
dihitung melalui fungsi tapernya. Apabila fungsi tapernya adalah d.k(h) maka
Vc=1/4 R(d2) (Simon, 2007)
III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat
dan bahan yang di gunakan dalam praktikum angka bentuk batang yaitu sebagai
berikut alat :yang dipergunakan dalam praktikum ini adalah pita ukur,
kalkulator dan alat tulis serta tally sheet untuk mengisi data di lapangan.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu tegakan pohon yang berada di arboretum
teknik Universitas Lampung.
3.2 Cara Kerja
1. ukur tinggi pohon samping pada batas percabangan
yang pertama (TBC) sebanyak 5 pohon.
2. ukur diameter pohon setinggi dada (DBH)
3. Mengukur diameter setinggi dada,
4. Mengkur
diameter pangkal pohon yang diasumsikan sekitar 0,2 m dari pangkal pohon atau
0,2 m diatas banir teratas,
5. Mengukur
diameter dari posisi nomer 3 diatas sesuai dengan nomer seksi yang diinginkan,
6. Menghitung
volume perseksi dengan menggunakan rumus smalian,
7. Volume pohon
sebenarnya dari suatu pohon tertentu dihitung dari penjumlahan dari seluruh
seksi-seksi pohon tersebut,
8. Volume
silindris dihitung dengan rumus = LBD x TBC,
9. Mengisi
tally sheet dan menentukan angka bentuk dari data pohon-pohon yang diamati,
10. Melakukan identifikasi dan analisis data.
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil
Pengamatan
Tabel 1. Hasil yang di dapat dari pengukuran
No
|
Nama
Spesies Pohon
|
TBC
|
DBH
|
Diameter pangkal (d1)
|
Diameter perseksi
D2
|
LBD
|
1.
|
Angsana ()
|
2,3 m
|
44,58 m
|
51 m
|
36,62 m
|
423,97
|
2
|
Saga ()
|
2,5 m
|
25,15 m
|
29,9 m
|
24,84 m
|
928,93
|
3
|
Bungur
lilin (Lagerstromia speciosa)
|
1,94 m
|
27,70 m
|
35,03 m
|
26,75 m
|
1472,46
|
4
|
Saga ()
|
2,75 m
|
25,47 m
|
30,57 m
|
24,52 m
|
447,64
|
5
|
Saga ()
|
2,6 m
|
23,88 m
|
27,38 m
|
23,24 m
|
588,48
|
V perseksi
(sinallian)
|
FB.
Absolut
|
FB. Buatan
|
FB. Nyata
|
Vol. Silindris
|
Form Bentuk
|
Tinggi pohon
|
65069,23
|
107596
|
105994,15
|
100325,37
|
105992,5
|
0,61
|
33,13
|
139689,18
|
185679,51
|
185787,52
|
175457,68
|
185786
|
0,75
|
25,47
|
2319912,15
|
446055,18
|
427015,87
|
161318,34
|
427013,4
|
0,54
|
26,43
|
77041,64
|
95582,66
|
85053,44
|
92029,36
|
85051,6
|
0,90
|
23,88
|
102247,18
|
175158,01
|
153006,50
|
116388,92
|
153004,8
|
0,66
|
22,92
|
B. Pembahasan
Pada praktikum bimetrika
kali ini kita membahas perhitungan angka bentuk batang. Langkah
pertama untuk mengukur angka bentuk suatu pohon kita terlebih dahulu harus
mengetahui diameter, tinggi, luas bidang dasar dan yang lainnya sebagai para
meter dalam pengukuran angka bentuk batang. Angka Bentuk Batang didefinisikan sebagai perbandingan atau rasio antara
volume batang yang sebenarnya dengan volume silinder yang memiliki tinggi atau
panjang sama. angka bentuk digunakan untuk menentukan volume pohon.
Secara umum
bentuk pohon berpariasi menurut jensi dan lokasinya, maka dalam pendugaan volume, kita perlu memperhatikan karateristiknya. penduga volume
pohon yang bersifat umum adalah jenis dan lokasi, proses pengambilan data dari hutan dapat menyebabkan hasil dugaan salah karna
ada nya kurang telit, hingga data
yang di dapat tidak akurat sehingga informasi
masa tegakan yang dihasilkan bisa under atau estimate. Dari hasil praktikum yang dilakukan bahwa jumlah pohon yang kami dapat dari
pengukuran adalah 5 jenis pohon yang berbeda-beda dengan diameter yang
berbeda-beda pula.
Angka bentuk dari pohon yang
dihitung berkisar antara nol koma sampai satu koma, tetapi didomonasi angka
bentuknya nol koma hanya sedikit yang satu koma atau diatas satu. Angka bentuk
yang diatas satu yaitu semua pohon berarti yang berada dibawah satu tidak ada.
Dari hasil penentuan angka bentuk ini kita mengambil hasil pengukuran diameter
dari praktikum sebelumnya yang menggunakan pita meter data pengukuran tinggi
dengan menggunakan chisten hyshometer dan data volume pohon diambil dari
pengukuran sudah langsung dikalibrasikan ke π (3,14) sehingga kita langsung
mendapat nilainya tanpa ada perhitungan dan perkalian. Sehingga dalam
pengukuran jangka waktunya lebih cepat dan penggunaan.
Kendala yang saat praktikum yaitu pada saat pengukuran
diameter ke dua karna harus naik di bahu praktikan lain yang 1 kelompok, ada
juga kendala pada saat mengukur tinggi pohoon karna pada saat praktikum ini
kami tidak menggunakan chmeter hingga kami hanya mengira – ngira saja tinggi
pohon tersebut
V. KESIMPULAN
Dari praktikum pengukuran
angka bentuk batang yang telah dilakukan dapat di ambil kesimpulan sebagai
berikut ini :
1. Angka bentuk merupakan perbandingan antara volume batang dengan volume
silindris yang memiliki tinggi dan panjang yang sama.
2. Angka bentuk
dibedakan menjadi tiga yaitu angka bentuk buatan, angka bentuk mutlak dan angka bentuk normal.
3. Penentuan angka bentuk batang dihitung dengan berdasarkan volume batang, dari volume
pangkal, tengah dan ujung.
DAFTAR PUSTAKA
Herwiyono, E. 2000. Ilmu Ukur Kayu. IPB Press. Jakarta.
Husch, B. 1987. Perencanaan Inventarisasi Hutan. UI Press.
Jakarta.
Simon, H. 1987. Manual Inventore Hutan. UI Press. Jakarta.
LAMPIRAN
Dokumentasi
Comments
Post a Comment